Minggu, 03 Juni 2012

Alnursari Astana

BEBERAPA SITUS SEJARAH DAN KEPURBAKALAAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
 
Alnursari Astana


Lokasi
Objek ini di desa Kotawaringin Hilir, masuk wilayah Kecamatan Kotawaringin Lama Kabupaten Kotawaringin Barat.
Menuju ke sana menggunakan jalur darat dari Palangka Raya menuju Kasongan dari Kasongan menuju Sampit, dari Sampit menuju Pangkalan Bun, dari Pangkalan Bun ke lokasi memakan waktu ± 11 jam atau dari Pangkalan Bun ke lokasi menggunakan jalur sungai Arut menembus sungai Lamandau menggunakan speed boat memakan waktu ± 1,5 jam.

Kondisi Bangunan
Bangunan Astana Alnursari merupakan rumah bertongkat setinggi 1,90 m, tiangnya secara langsung tempat pasangan suhit (sloof), rangka badan dan rangka kap. Semua bahan didominasi kayu ulin seperti tiang, tongkat, suhit, gelagar, lantai, rangka dinding dan rangka atas.
Dari depan ke belakang Astana terdiri dari bangunan yang dinamai Balai Buntar, tanpa dinding ukuran 7,40 × 8,20 m2 berfungsi sebagai tempat menerima tamu.
Balai atau bangsal, ukuran 11,80 × 19,50 m2 berfungsi sebagai tempat pertemuan-pertemuan
Balai Rumbang, ukuran 0,4 × 5,00 m2  berfungsi sebagai tempat lewat tamu-tamu keluarga.
Rumah Bosar, ruangan besar ukuran 13 × 15 m2 dan ruangan satunya ukuran 4,60 × 5,95 m2 berfungsi sebagai tempat ruang keluarga, tempat  tidur dan rapat keluarga. Padapuran, ukuran 3,50 × 7,90 m2 dan 3 × 4,95 m2 berfungsi sebagai tempat kegiatan dapur.
Pelataran, ukuran 105 m2 berfungsi sebagai tempat kamar mandi dan WC. Astana dikelilingi kuta/pagar papan ulin tebal ukuran 3,20 cm × 4 m sepanjang 400 meter. Disamping kiri Astana terdapat Pa’agongan tempat menyimpan benda-benda kuno yang tersisa. Disamping kanan berdiri tiang bendera kesultanan setinggi 20 meter dan jam sinar matahari (jam tradisional) setinggi ± 2 m.

Latar Belakang
Pangeran Adipati Antakesuma pendiri Kesultanan Kotawaringin, membangun Istana Luhur Tiang Berukir dibangun pula Kepatuhan Gedung Bundar Nurhayati, Kadipaten Gadong Asam, Pa’agongan dan Paseban.
Istana Luhur, Gadong Bundar dan Paseban telah punah. Sedangkan Gadong Asam menunggu gilirannya.
Disebelah Istana Alnursari, rumah Pangeran Kelana, anak dari Pangeran Paku Sukma Negara ikut punah juga.
Prasasti terbuat dari kayu  ulin pintu masuk rumah besar berukuran 148 cm, lebar 26 cm dan tebal 5 cm, tertulis huruf Arab berbahasa Melayu berbunyi : ‘Hajrat Nabi Syalollahu Alaihi’ wassalam Tarikh Alsanat 1283 kepada tahun kha kepada dua puluh delapan hari bulan Ramadhan hari Jum’at pukul enam pagi , ketika itu Sri Paduka Pangeran Paku Sukma Negara mendirikan Astana ini maka di namakan Alnursari Kotawaringin.
Sultan Kotawaringin ke IX, Pangeran Ratu Imanuddin (1805-1841) pindah pemerintahan ke Pangkalan Bun. Sultan IX Pangeran Ratu Anom Kasumayuda atau Gusti Muhammad Sanusi (1867-1904) cucu Pangeran Imanuddin meninggal dunia dan tidak mempunyai anak laki-laki, pamannya Pangeran Paku Sukma Negara Bin Pangeran Ratu Imanuddin menggantikan jadi Sultan (1904-1913).

Kegiatan Pemugaran 
  • Tahun 1980, study kelayakan (APBN)
  •  Tahun 1981/1982, dipugar Balai Buntar (APBN)
  • Tahun 1982/1983, dipugar Bangsal (APBN) 
  • Tahun 1983/1984, dipugar Padaporan (APBN) 
  • Tahun 1986/1987, dipugar lanjutan Padaporan (APBN) 
  • Tahun 1990/1991, dipugar Balai Rumbang (APBN) 
  • Tahun 1992/1993, dipugar Rumah Bosar (APBN) 
  • Tahun 1992/1993, dipugar Pelataran dan Pa’angongan (APBN) 
  • Tahun 1993/1994, dipugar Bangsal (Rutin Ditlinbinjarah)
  •  Penataan alun-alun.

 

Gambar 1 : Tampak Muka Astana Alnursari

Gambar 2 : Pa’agongan Tempat Menyimpan Pusaka Kesultanan

 
Daftar Pustaka

  • ·         Anjae , Dra. Hj, dkk.2008.Benda Cagar Budaya dan Situs Daerah Kalimantan Tengah, Diskripsi.Palangka Raya: CV. Merah Delima
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar