BEBERAPA
SITUS SEJARAH DAN KEPURBAKALAAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
Alnursari
Astana
Lokasi
Objek ini di desa
Kotawaringin Hilir, masuk wilayah Kecamatan Kotawaringin Lama Kabupaten
Kotawaringin Barat.
Menuju ke sana
menggunakan jalur darat dari Palangka Raya menuju Kasongan dari Kasongan menuju
Sampit, dari Sampit menuju Pangkalan Bun, dari Pangkalan Bun ke lokasi memakan
waktu ± 11 jam atau dari Pangkalan Bun ke lokasi menggunakan jalur sungai Arut
menembus sungai Lamandau menggunakan speed boat memakan waktu ± 1,5 jam.
Kondisi
Bangunan
Bangunan Astana
Alnursari merupakan rumah bertongkat setinggi 1,90 m, tiangnya secara langsung
tempat pasangan suhit (sloof), rangka badan dan rangka kap. Semua bahan
didominasi kayu ulin seperti tiang, tongkat, suhit, gelagar, lantai, rangka
dinding dan rangka atas.
Dari depan ke belakang
Astana terdiri dari bangunan yang dinamai Balai Buntar, tanpa dinding ukuran
7,40 × 8,20 m2 berfungsi sebagai tempat menerima tamu.
Balai atau bangsal,
ukuran 11,80 × 19,50 m2 berfungsi sebagai tempat pertemuan-pertemuan
Balai Rumbang, ukuran
0,4 × 5,00 m2 berfungsi
sebagai tempat lewat tamu-tamu keluarga.
Rumah Bosar, ruangan
besar ukuran 13 × 15 m2 dan ruangan satunya ukuran 4,60 × 5,95 m2
berfungsi sebagai tempat ruang keluarga, tempat tidur dan rapat keluarga. Padapuran, ukuran
3,50 × 7,90 m2 dan 3 × 4,95 m2 berfungsi sebagai tempat
kegiatan dapur.
Pelataran, ukuran 105 m2
berfungsi sebagai tempat kamar mandi dan WC. Astana dikelilingi kuta/pagar
papan ulin tebal ukuran 3,20 cm × 4 m sepanjang 400 meter. Disamping kiri
Astana terdapat Pa’agongan tempat menyimpan benda-benda kuno yang tersisa.
Disamping kanan berdiri tiang bendera kesultanan setinggi 20 meter dan jam
sinar matahari (jam tradisional) setinggi
± 2 m.
Latar
Belakang
Pangeran Adipati
Antakesuma pendiri Kesultanan Kotawaringin, membangun Istana Luhur Tiang
Berukir dibangun pula Kepatuhan Gedung Bundar Nurhayati, Kadipaten Gadong Asam,
Pa’agongan dan Paseban.
Istana Luhur, Gadong
Bundar dan Paseban telah punah. Sedangkan Gadong Asam menunggu gilirannya.
Disebelah Istana
Alnursari, rumah Pangeran Kelana, anak dari Pangeran Paku Sukma Negara ikut
punah juga.
Prasasti terbuat dari
kayu ulin pintu masuk rumah besar
berukuran 148 cm, lebar 26 cm dan tebal 5 cm, tertulis huruf Arab berbahasa
Melayu berbunyi : ‘Hajrat Nabi Syalollahu Alaihi’ wassalam Tarikh Alsanat 1283
kepada tahun kha kepada dua puluh delapan hari bulan Ramadhan hari Jum’at pukul
enam pagi , ketika itu Sri Paduka Pangeran Paku Sukma Negara mendirikan Astana
ini maka di namakan Alnursari Kotawaringin.
Sultan Kotawaringin ke
IX, Pangeran Ratu Imanuddin (1805-1841) pindah pemerintahan ke Pangkalan Bun.
Sultan IX Pangeran Ratu Anom Kasumayuda atau Gusti Muhammad Sanusi (1867-1904)
cucu Pangeran Imanuddin meninggal dunia dan tidak mempunyai anak laki-laki,
pamannya Pangeran Paku Sukma Negara Bin Pangeran Ratu Imanuddin menggantikan
jadi Sultan (1904-1913).
Kegiatan
Pemugaran
- Tahun 1980, study kelayakan (APBN)
- Tahun 1981/1982, dipugar Balai Buntar (APBN)
- Tahun 1982/1983, dipugar Bangsal (APBN)
- Tahun 1983/1984, dipugar Padaporan (APBN)
- Tahun 1986/1987, dipugar lanjutan Padaporan (APBN)
- Tahun 1990/1991, dipugar Balai Rumbang (APBN)
- Tahun 1992/1993, dipugar Rumah Bosar (APBN)
- Tahun 1992/1993, dipugar Pelataran dan Pa’angongan (APBN)
- Tahun 1993/1994, dipugar Bangsal (Rutin Ditlinbinjarah)
- Penataan alun-alun.
Gambar
1 : Tampak Muka Astana Alnursari
Gambar
2 : Pa’agongan Tempat Menyimpan Pusaka Kesultanan
Daftar
Pustaka
- · Anjae , Dra. Hj, dkk.2008.Benda Cagar Budaya dan Situs Daerah Kalimantan Tengah, Diskripsi.Palangka Raya: CV. Merah Delima
Tidak ada komentar:
Posting Komentar