BEBERAPA
SITUS SEJARAH DAN KEPURBANGKALAAN KABUPATEN GUNUNG MAS
Betang
Tumbang Malahoi
Lokasi
Betang ini terletak di
desa Tumbang Malahoi Kecamatan Rungan Kabupaten Gunung Mas di tepi Sungai
Baringei anak Sungai Rungan (cabang Sungai Kahayan) sejauh 122 km arah utara
barat laut kota Palangka Raya. Rute yang di tempuh untuk menuju lokasi adalah :
Pertama, dari Palangka
Raya menuju Tangkiling selama ½ jam lalu menaiki speed boat menuju Tumbang
Jatuh dalam 3 ½ jam atau 11 jam, jika musim kemarau lewat
Sungai Rungan rute ini dapat memakan waktu cukup lama, kemudian dari Tumbang
Jatuh ke Tumbang Malahoi menumpang kelotok selama 3 jam atau mobil selama ½
jam.
Kedua, dari Palangka
Raya memudiki Sungai Kahayan dengan speed boat atau kelotok menuju Tewah dan
selanjutnya lewat darat naik ojek langsung ke Tumbang Malahoi.
Ketiga, jalur jalan
darat yang hanya layak digunakan pada musim kering atau kemarau saja karena
belum selesai di aspal yakni dari Palangka Raya melewati beberapa desa seperti
Bukit Rawi, Bawan langsung ke Kuala Kurun baru ke Tumbang Malahoi.
Kondisi
Betang
Bangunan ini menghadap kea
rah timur dan seperti kebayakan rumah pemukiman di daerah Kalimantan Tengah
khususnya, betang berorientasi kea rah sungai. Posisi bangunan ini membujur
sungai panjangnya yakni sekitar 37 meter dengan lebar ± 10 meter.
Betang dibangun di
atas tiang-tiang kuat berjumlah 6 buah
dan 20 tiang buah tiang penyangga lainnya. Bahan lebih dari 90 % dari jenis
kayu Ulin bentuknya memanjang yang di sebut pelana dan tampak kokoh atau monumental
sebagai mana Betang Suku Dayak Ngaju.
Tinggi lantai dari
permmukaan tanah ± 2,0 m bentuk atap pelana, pintu masuk utama hanya satu di
letakan di bagian tengah, tanpa beranda (veranda) dan pintu masuk tersedia
ruang utama yang cukup besar untuk berbagai keperluan berkumpul ataupun
menerima tamu. Diruang utama inilah dipasang tiang-tiang utama yang memiliki
ukuran lebih besar dari tiang lainnya.
Sloof membujur menusuk
tiang dan tongkat sebagai landasan gelagar dan aser tempat memesang lantai. Begitu
juga pada konstruksi bagian atas terdapat balok bujuran yang berukuran cukup
besar sebagai kerangka bangunan berfungsi pula sebagai tempat memesang kasau.
Konstruksi atap bangunan
Betang tidak menggunakan kuda-kuda biasa, tetapi hanya memasang balok tarik
dengan ukuran sangat besar dan utuh (tidak disambung) sehingga mampu menahan
beban rangka atap menggunakan suai yang di sebut ulang barat. Lantai dari kayu
ulin dan dinding dari kulit kayu pendu yang dilapisi papan ulin.
Sirap memakai kayu ulin
panjang 80 cm, tebal 1,5 dan lebar 20 cm dipasang dengan teknik susun sirih.
Nilai
Sejarah
Betang ini didirikan
pada tahun 1817 oleh dua oarng anak Toyoi serta kedua menantunya. Bahan-bahanya
di cari di hulu Sungai Baringei yang sekarang dinamakan Kaleka Mapot. Membangun
Betang ini memakan waktu sekitar 1 tahun secara gotong royong.
Ayah Toyoi yang bernama
Bungai adalah salah satu sahabat dari Pangeran Muhammad Seman ( Raja Banjar
terakhir yang memimpin perang Barito), dan semangat perjuangan pada masa
revolusi fisik betang ini menjadi markas GRRI (Gerakan Revolusi Rakyat
Indonesia), waktu itu menjamin keselamatan yang pergi bertempur di betang di
lakukan upacara Balian Mampendeng Sahur dengan niat jika Indonesia merdeka dan
berdaulat penuh barulah sahur di turunkan.
Nilai
Seni dan lain-lain
Seni pahat yang
terdapat di betang ini berupa ukiran manusia berdiri di atas matahari memegang
daun bunga dan sekitarnya Burung Enggan seta Belanga.
Motif yang ada dinamai
ukir batang kayu Nyangen Tinggang,
Banyamei Rumbak Tambarirangan, Bintang Atendu, Batang Sawang Ngandang, Sapahatu
Sangkanak, Kameluh Uaua Tuntang Hamaraung yang dipahatkan pada bilah sirap
diatas pintu masuk utama.
Betang ini pernah di pugar dari anggaran APBD dan
APBN.
Gambar 1 : Tampak muka Betang Tumbang Malahoi
Gambar 2 : Henjan (tangga) naik
Gambar 3 : Sandung Toyoi (tampak depan)
Daftar
Pustaka
- · Anjae , Dra. Hj, dkk.2008.Benda Cagar Budaya dan Situs Daerah Kalimantan Tengah, Diskripsi.Palangka Raya: CV. Merah Delima
Tidak ada komentar:
Posting Komentar